GAYA HIDUP: Warnai Kulit Berisiko Kanker

Selasa, 12 November 2013

Warnai Kulit Berisiko Kanker


London - Para penggemar mewarnai kulit (tanning) di salon tampaknya harus lebih waspada. Dalam penelitian yang dilakukan, proses penggelapan kulit ini ternyata berisiko menyebabkan kanker kulit meski dalam prosesnya tidak dilakukan pembakaran.



Jenis radiasi ultraviolet yang digunakan pada tanning bed menyebabkan kerusakan di bawah kulit meski efek berbahaya tersebut tak terlihat di permukaan kulit.


Sinar UVB sinar matahari telah lama diketahui menyebabkan kerusakan kulit secara keseluruhan. Sementara sinar UVA yang dilepaskan matahari dan juga yang digunakan oleh tanning bed itu sering dianggap relatif tidak berbahaya.
Namun penelitian yang telah dipublikasikan dalam Journal of Investigative Dermatology




memperlihatkan bahwa sinar UVA dapat menyebabkan risiko kanker kulit. Targetnya adalah area di bawah permukaan tempat sel-sel membelah untuk membuat lapisan baru. Efek ini menyebabkan kerusakan sel DNA yang memicu risiko kanker kulit tersebut.

Prof. Antony Young, salah seorang peneliti dari King's College London, mengatakan bahwa penelitian dulu tertulis bahwa sinar UVA tidak menyebabkan kerusakan serius pada kulit. "Kerusakan pada lapisan atas tidak begitu penting karena lapisan itu akan segera mati. Tapi kerusakan pada lapisan yang sel-selnya masih membelah dan tumbuh justru itulah yang mengkhawatirkan," ujarnya.

Secara keseluruhan, sinar UVB menyebabkan kerusakan pada seluruh lapisan kulit termasuk lapisan dalam. Namun efek kerusakan paling parah ada di permukaan adalah lebih terlihat nyata. Namun kerusakan akibat sinar UVA lebih fokus pada lapisan bawah kendati tanpa membakar lapisan luar kulit.

Orang-orang yang terkena sinar matahari melalui jendela mobil bisa mengalami risiko yang sama karena filter kaca yang digunakan adalah untuk menangkal radiasi UVB dan bukan untuk sinar UVA.

Penelitian ini dilakukan pada 12 relawan untuk membandingkan secara langsung efek sinar UVB dengan dosis setara dengan UVA pada kulit manusia.

Prof. Mark Birch-Machin, ilmuwan kulit dari Universitas Newcastle, mengatakan, "Meski UVB menyebabkan lebih banyak kerusakan DNA dibanding UVA untuk dosis yang sama ketika terbakar sinar matahari,  efek dari UVA masuk lebih dalam ke lapisan kulit," ujarnya.

Pedoman Uni Eropa menyatakan perlindungan terhadap radiasi UVA setidaknya sepertiga dari nilai SPF pada label. "Saran saya pastikan Anda cukup mengoleskan krim matahari. Kebanyakan orang hanya mengoleskan sepertiga atau setengah dari jumlah yang mereka butuhkan," ujarnya.